ASWAJA: Sebuah Pilihan Ideologi Anak Bangsa

LEBIH TEPAT LEBIH BAIK

DENGAN ASWAJA; LANJUTKAN!ì

Pendahuluan

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk karena di Indonesia ada berbagai macam suku, bahasa, tradisi, dan agama yang dimiliki oleh bangsa ini. Kemajemukan itu merupakan kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa ini. Namun, jika keberagaman itu tidak dimanage dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan akan muncul konflik antar suku, bahkan agama. Terlebih lagi, setelah pintu reformasi dibuka, maka kebebasan semakin mendapatkan tempat di tengah bangsa Indonesia ini.

Seiring dengan dibukanya pintu reformasi tersebut, bukan hanya kebebasan beragama yang dijunjung, namun juga kebebasan dalam memilih aliran dalam agama semakin meluas. Jadi, pada saat ini, Indonesia sebagai agama yang majemuk bukan hanya memiliki banyak agama, namun juga banyak aliran (sekte) dalam sebuah agama.

Fundamental (pihak Kiri) dan Liberal (Pihak kanan) adalah dua kutub aliran agama yang ada di Indonesia ini. Fundamental merupakan kelompok aliran Islam garis keras yang ingin menerapkan nilai-nilai Islam secara formal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kelompok aliran ini akan bersikap “keras” terhadap kelompok lain yang berseberangan dengan kelompoknya, walaupun sama-sama beragama Islam, bahkan mereka berani mengkafirkan saudara sesama Muslimnya. Salah satu contoh yang dapat mempresentasikan kelompok ini adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Berbeda dengan kelompok fundamental, krlompok liberal merupakan sebuah kelompok aliran Islam yang sangat menjunjung tinggi kebebasan berfikir. Sehingga, orang-orang yang masuk dalam kelompok ini selalu mencoba memahami agama dengan cara menuhankan akal sebagai alat utama. Padahal akal manusia terbatas, sehingga tidak jarang produk dari pemikiran mereka bisa menimbulkan kontroversi. Salah salah satu organisasi yang masuk dalam kategori kelompok liberal ini adalah Jaringan Islam Liberal (JIL).

Oleh karena itu, dalam judul makalah ini penulis menegaskan bahwa lebih tepat dan lebih baik memilih Aswaja. Lantas, apakah Aswaja itu? lalu bagaimanakah dengan Nadhlatul Ulama (NU)? Ada di posisi manakah NU? Itulah beberapa hal yang akan kita bahas dalam makalah ini. Beberapa hal yang akan penulis angkat dalam makalah ini adalah: Pengertian &Karakter Aswaja, Perbedaan Aswaja dengan Aliran Fundamental dan Liberal, Hubungan Aswaja dengan NU dan Penutup/Simpulan.

Pengertian Aswaja:

Aswaja merupakan singkatan dari Ahlu Al-Sunnah wa Al-Jamaah. Berikut ini pengertian Aswaja menurut KH Muhyiddin Abdusshomad (2008: 4):

1. Ahlu: Keluarga, golongan, pengikut

2. Al-Sunnah: segala sesuatu yang telah diajarkan Rasululloh SAW, baik itu yang berasal dari perkataan, perbuatan dan pengakuan beliau.

3. Al-Jamaah: Apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasululloh pada masa Khulafaur Rasyidin.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat diambil simpulan bahwa Aswaja merupakan sebuah golongan atau kelompok yang mengikuti ajaran Rasululloh (Quran dan Sunnah) dan sesuai dengan apa yang telah dijalankan oleh para sahabat. dengan kata lain, golongan ini bukan hanya menggunakan Quran dan Hadits dalam memahami Islam yang sifatnya universal, tetapi mereka juga menilik sejarah kehidupan para sahabat serta mengikuti pendapat sebagian besar Ulama (ijma) dan menggunakan Qiyas dalam menentukan suatu produk hukum.

Lantas siapakah yang membawa faham Aswaja ke Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan ini, marila kita melihat Sebuah realitas bahwa mayoritas umat Islam i Indonesia sejak dulu hingga sekarang menganut Aswaja, karena mayoritas umat islam di Indonesia menggunakan madzab Imam Syafi’i dalam bidang Fiqh.

Sudah barang tentu mereka mendapatkan faham tersebut dari para Ulama yang menyebarkan Islam di Indonesia. Berdasarkan fakta sejarah, bahwa penyebar Islam di Indonesia adalah Wali Songo. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembawa faham Aswaja adalah wali songo.

Karakter Aswaja

Aswaja memiliki tiga karakter, yaitu, At-Tawassuth (Tengah), Al-I’tidal (Adil) dan At-Tawazun (Seimbang). Seperi apa yang telah penulis bahas di awal, bahwa di Indonesia ada dua golongan besar yaitu Fundamental (Pihak Kiri) dan Liberal (Pihak Kanan). Dengan memperhatikan Karakter-karakter tersebut, maka kita dapat melihat bahwa Aswaja tidak berada di pihak kiri maupun kanan, tetapi faham Aswaja berada di tengah-tengah.

Di tengah bukan berarti Aswaja serba kompromistis dengan mencampuradukkan semua unsur. Namn justru, Aswaja mengakomodasi unsur-unsur yang ada yang tidak bertentangan. Seperti contoh kasus, dalam komunitas aliran liberal, mereka selalu berusaha meemcahkan masalah-masalah agama dengan menggunakan akal belaka, seolah-olah mereka “menuhankan” akal. Sedangkan kelompok Fundamental hanya akan menelan “mentah-mentah” apa yang ada dalam al-Quran dengan tanpa melihat sejarah dan konteks yang ada dalam menjawab permasalahan agama. Berbeda dengan Aliran Liberal dan Fundamental, Aswaja dalam memahami agama, mereka memperhatikan al-Quran dan Hadits yang digali dengan menggunakan akal serta merujuk pada pendapat ulama salaf (terdahulu) berdasarkan ilmu bahasa (nahwu-shorof), tafsir, balaghah dan mantiq. Dengan dasar yang sangat kuat tersebut, maka produk hukum yang dikeluarkan akan jauh lebih valid dari pada hanya engan menggunakan akal belaka.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa, Aswaja merupakan golongan yang tidak memihak golongan kanan atau pun kiri. Selain itu, Aswaja juga tetap mempertahankan pendapat paraulama dalam memahami al-Quran dan Hadits karena Ulama adalah pewaris para nabi.

Aswaja Vs NU

Nahdlatul Ulama (NU) memiliki arti kebangkitan para Ulama. Nu merupakan sebuah jam’iyyah (organisasi) yang didirikan oleh para Kyai pengasuh pesantren. Tujuan didirikannya NU ini termaktub dalam buku Aswaja An-Nahdliyah (2007:1) adalah sebagai berikut:1) memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam Aswaja, 2) mempersatukan langkah para Ulama dan pengikut-pengikutnya, 3) melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat serta martabat manusia.

dalam sub bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa ulama adalah pewaris para nabi. Di sisi lain, organisasi ini didirikan oleh para Ulama. Maka, dapat dikatakan bahwa organisasi NU merupakan salah satu organisasi keagamaan yang kekuatan utamanya ada pada para Ulama.

Dalam realitas sosial yng ada bahwa mayoritas Ulama Indonesia memiliki faham Aswaja, terutama Ulama-ulama yang ada di kalangan pesantren. Oleh karena itu, ketika para ulama tersebut bersatu dan mendirikan organisasi yang bernama NU, maka dapat dipastikan bahwa faham yang ada dalam organisasi tersebut adalah faham Aswaja. Sehingga, NU merupakan wadah yang tepat untuk memperjuangkan nilai-nilai Aswaja yang ada di Indonesia. Dengan kata lain, perjuangan mempertahankan faham Aswaja dapat dilakukan dengan para Ulama yang terus-menerus berjuang dengan cara mengajarkan ilmu-ilmu mereka kepada para santri dan masyarakat sekitar pesantren.

Penutup

Sejak awal makalah ini ditulis, kita telah bisa memetakan aliran aliran yang ada di Indonesia ini. Aliran-aliran tersebut adalah Aliran Kanan (Liberal), Aliran kiri (Fundamental) dan Aliran tengah (Aswaja).

NU yang merupakan salah satu organisasi keagamaan yang ada di Indonesia merupakan organisasi yang berfahamkan Aswaja. sehingga, Aswaja benar-benar hidup dan bertahan di tubuh NU.

Sebagai genarasi muda NU, maka merupakan sebuah keniscayaan bagi kita untuk ikut juga berjuang mempertahan nilai-nilai Aswaja dalam masyarakat melalui NU dan Banom-banomnya (Muslimat, Anshor, Fatayat, IPNU dan IPPNU), karena para generasi muda inilah yang nantinya akan meneruskan perjuangan para Ulama saat ini.

Dari ketiga pilihan yang ada (liberal, fundamental dan Aswaja), maka lebih tepatnya dan lebih baiknya kita memilih Aswaja. pada dasarnya kita telah memilih Aswaja sejak kecil, karena kita telah terlahir di lingkungan masyarakat yang menganut faham Aswaja, maka sebenarnya kita telah memilih Aswaja sebagai pilihan lita, makad ari iru LANJUTKAN!




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Multi-Interpretasi Al-Quran dalam Perspektif Linguistik