Mengajar sebagai Proses Komunikasi

Oleh; Hari Prastyo

Secara etimologi, kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti memberikan pemahaman, kemudian kata tersebut mendapatakan imbuhan me-/-an yang menunjukkan kata kerja. Sehingga mengajar berarti kegiatan untuk memberikan pemahaman kepada seseorang. Dalam mengajar, selain hasil yang diutamakan, proses juga diperhatikan, sehingga proses memberikan pemahaman ini kemudian disebut dengan pengajaran, yakni proses mengajar atau proses memberikan pemahaman kepada seseorang.
Pengajaran merupakan merupakan sebuah proses transferring pengetahuan dari pembicara kepada pendengar. Dalam transferring pengetahuan tersebut terjadi juga proses komunikasi. Oleh karena itu, antara pengajaran dan komunikasi memiliki hubungan yang erat. Dengan kata lain, dalam pengajaran diperlukan kegiatan komunikasi agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai, dalam hal ini adalah tujuan pendidikan. Menurut Idi (1999;13)) tujuan pendidikan adalah sebagai berikut:
1)Tujuan Pendidikan Nasional
2)Tujuan Institusional
3)Tujaun Kurikuler
4)Tujuan Instruksional:
a.Tujuan Instruksional Umum
b.Tujuan Instrukusional Khusus

Namun, tidak dapat dipungkiri, bahwa tujuan yang telah dirumuskan terkadang belum juga terwujud. Beberapa indikator yang menunjukkan hal itu adalah (1) output yang dihasilkan dalam dunia pendidikan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, terbuktidengan masih banyaknya pengangguran, (2) dalam tingkat sekolah, masih adanya kecurangan-kecurangan dalam Ujian Nasional dari pihak murid, guru, dan sekolah (seolah-olah kecurangan itu sudah dilegalkan), (3) standard UAN masih di bawah rata-rata.. Itulah beberapa hal yang membuat penulis berpendapat bahwa tujuan pendidikan Indonesia belum sepenuhnya terwujud, bahkan semakin menuju pada kemunduran.
Namun, dalam tulisan ini, penulis ingin melihat seberapa efektifkah proses komunikasi yang dilakukan dalam pengajaran?apakah proses komunikasi tersebut juga berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan atau minimal target pengajaran seorang guru?
Pembaca yang budiman, seperti yang diungkapkan oleh penulis pada awal tulisan ini bahwa pengajaran adalah suatu proses transferring pengetahuan dari pembicara kepada pendengar. Dalam konsep pendidikan tradisional, pembicara berarti pengajar dan pendengar berarti anak didik. Namun konsep tradisonal itu akan penulis ubah dengan konsep lain yang akan penulis jelaskan dalam tulisan ini. Dalam proses pengajaran inilah peranan komunikasi sangat signifikan, karena sebagai media penghubung antara guru dengan murid.
Komunikasi dalam Webster New Collegiate Dictionary dalam Chaer (1995:22) dikatakan bahwa Communication is a process by which information is ex-chenge through a commen system at symbols, signs, or behaviour. Berdasarkan uraian diatas tentang komunikasi, maka menurut penulis ada 3 komponen penting dalam proses komunikasi, yaitu (1) partisipan, (2) pesan , (3) alat. Partisipan adalah individu-individu yang terlibat dalam proses komunikasi, dalam dunia pengajaran yang disebut dengan partisipan adalah guru dan murid. Kedua adalah pesan. Pesan yang dimaksudkan dalam dunia pengajaran adalah materi yang disampaikan atau didiskusikan dalam kelas. Ketiga adalah alat. Pada dasarnya alat komunikasi yang utama adalah bahasa, oleh karena secara tidak langsung bahasa berperan dalam dunia pengajaran. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah seberapa jauhkah peranan bahasa dalam dunia pengajaran? Untuk menjawab oertanyaan tersebut perhatikan table berikut ini:







Kerangan:

= ruang lingkup pengajaran = peranan bahasa
= partisipan = peranan komunikasi

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat hubungan antara bahasa, kominikasi dan pengajaran. Dalam pengajaran, pastilah komunikasi diperlukan dan pada saat ini alat kominikasi yang dimiliki manusia adalah bahasa. Jika disederhanakan, maka table di atas akan menjadi table sebagai berikut:

bahasa keminikasi pengajaran

Jadi, ketika pengajaran sedang berlangsung terwujud kegiatan komunikasi. Diharapkan komunikasi tersebut dapat berjalan secara harmonis. Lalu bagaimanakah caranya membangun komunikasi yang haromonis tersebut. Sebelum menjawab pertanyaan itu penulis akan memberikan batasan tentang makna komunikasi yang harmonis. Komunikasi yang harmonis adalajh komunikasi di mana antar partisipan dapat mengungkapkan segala pesan kepada partisipan lainnya dan dalam waktu yang relative sama mendapatkan resapon. Sehingga dalam komunikasi yang harmonis, akan terwujud saling pengertian antar pembicara dan pendengar.
Dalam komunikasi kita mengenal dua jenis komunikasi, pertama adalah komunikasi searah yang kemudian disebut dengan komunikasi transaksional dan kedua adalah komunikasi dua arah yang kemudian di sebut dengan komunikasi interaksional. Komunikasi transaksioanal adalah komunikasi yang dilakukan antar partisipan dengan tanpa adanya pertukaran posisi antara pendengar dan pembicara, seperti saat khotbah. Sedangkan komunikasi interaksional adalah komunikasi di mana antar partisipan yang terlibat, adanya pertukaran posisi antara pembicara dan pendengar, seperti dalam seminar.
Menurut penulis, agar terjalin komunikasi yang harmonis, hendaknya pengajaran menggunakan komunikasi model interaksional. Namun hal itu belumlah cukup ampuh digunakan untuk membangun kelas yang efektif. Selain menggunakan komunikasi model transaksional, emurut penulis, hendaknyalah partisipan (minimal guru) memiliki bahasa yang memadai, dalam istilah Halliday disebut communicative competence (kemampuan berkomunikasi), yaitu kemampuan bertutur atau kemampuan untuk menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi dan situasi serta konteksnya (Halliday dalam Chaer, 1995:23)
Berdasarkan dua hal itulah, komunikasi model interaksional dan kemampuan yang komunikatif dalam menggunakan bahasa, pengajaran yang dilakukan dalam kelas bisa membangun konsep SERSAN (serius tapi santai), sehingga life learning diharapkan akan terwujud dalam pengajaran, murid lebih aktif, kelas semakin hidup, dan tentunya murid bisa mengekspresikan permasalahan-permasalahannya pada guru dengan tanpa rasa ragu, yang pada akhirnya murid mengetahui hal-hal yang ingin ia ketahui berdasarkan materi yang ada dan guru bisa memberikan apa yang seharusnya diberikan kepada murid tanpa memberikan beban kepada mereka. Oleh karena itu, melalui hubungan yang sinergis antara bahasa, komunikasi dan pengajaran inilah, tujuan pendidikan yang sempat tertunda atau minimal target pengajaran dapat segera dicapai dengan lebih efektif. SELAMAT MENCOBA!!!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Multi-Interpretasi Al-Quran dalam Perspektif Linguistik